Character Building Penerimaan Diri (Konsep Diri)
PENERIMAAN DIRI
(KONSEP DIRI)
Makalah
Ini Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Character Building
Dosen Pembimbing: Timorora Sandha P, S.Psi., M.Si

Disusun
Oleh:
ª
Eri
Setiawan 201510415152
ª
Fritia
Nur Oktaviani 201510415155
ª
Ismi
Wijayanti Nurhidayah 201510415157
ª
Muhammad
Daffa Abroor 201510415149
KELAS IIC
PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang mana telah memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam
menyelesaikan makalah mata kuliah Character Building yang berjudul “Penerimaan
Diri (Konsep Diri)” dapat selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara materil dan moril, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Timorora Sandha P, S.Psi., M.Si selaku dosen mata kuliah
Character Building Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan
kepada penulis sehingga makalah ini
dapat terselesaikan
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan
semangat agar makalah ini dapat di selesaikan.
Selain untuk menambah wawasan dan
pengetahuan penyusun, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Character Building. Makalah ini membahas tentang pentingnya
penerimaan diri.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.
Bekasi, Mei 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar
i
Daftar
Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penerimaan Diri
2.2 Proses
Pembentukan Konsep Diri
2.3 Konsep
Diri Negatif dan Positif
2.4 Perubahan Konsep Diri dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar
Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia cenderung
untuk mengembangkan dirinya sendiri menjadi lebih baik, lebih matang dan lebih
mantap. Namun kecenderungan seseorang untuk menimbulkan kemampuannya
tidak terwujud begitu saja, tanpa ada upaya untuk pengembangan kepribadian yang
dimilikinya, karena setiap manusia memiliki kemampuan dan keunikan tersendiri.
Sejauh mana kepribadian terwujud sangat ditentukan oleh seberapa jauh
lingkungan mendorong untuk perkembangan terhadap konsep diri seseorang dan
seberapa jauh seseorang tersebut merasa dirinya perlu belajar agar lebih baik
lagi.
Setiap
manusia memiliki bermacam-macam potensi diri yang dapat dikembangkan. Tidak
sedikit manusia belum sepenuhnya mengembangkan dan menggunakan potensi yang ada
pada dirinya. Hal ini terjadi dikarenakan mereka belum atau bahkan tidak
mengenal potensi dirinya dan hambatan-hambatan dalam pengembangan potensi diri
tersebut. Mampu mengembangkan potensi diri merupakan dambaan setiap individu.
Mampukan seseorang mengembangkan potensi dirinya secara efektif? Itu bergantung
pada motivasi diri, karena pengembangan potensi diri merupakan suatu proses
yang sistematis dan bertahap.
Untuk itu penting diketahui apakah
perkembangan pribadi seseorang sudah mencapai tingkat optimal atau
kematangan. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengenal dirinya.
Mengenal diri sendiri berarti memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri
yang tepat, yaitu menyadari kelebihan/keunggulan yang dimiliki maupun
kekurangan/ kelemahan yang ada pada diri sendiri. Dengan mengenal diri
sendiri secara tepat akan diketahui konsep diri yang tepat pula, dengan
berupaya mengembangkan yang positif dan mengatasi/ menghilangkan yang negatif.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dari makalah ini adalah :
1. apa yang dimaksud pengenalan diri?
2. Bagaimana proses pembentukan konsep diri?
3. Bagaimana pola konsep diri negatif dan positiif?
4. Bagaimana perubahan
konsep diri dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Pembahasan
Dengan adanya pemahaman terhadap konsep diri, diharapkan :
1.
Tumbuhnya
kesadaran seseorang untuk memahami dan mengenali dirinya serta mampu
mengembangkan kemampuannya.
2.
Terbentuknya
sikap dan perilaku percaya diri serta prinsip hidup menuju kehidupan yang
sejahtera.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pengenalan Diri
1. Pengertian
Penerimaan diri
merupakan sikap positif terhadap dirinya sendiri, ia dapat menerima keadaan
dirinya secara tenang, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mereka bebas
dari rasa bersalah, rasa malu, dan rendah diri karena keterbatasan diri serta
kebebasan dari kecemasan akan adanya penilaian dari orang lain terhadap keadaan
dirinya. Penerimaan diri berkaitan dengan orang yang sehat secara psikologis
yang memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa diri
mereka. Penerimaan diri merupakan salah satu karakteristik dalam kesehatan
mental seseorang. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik akan
memperlihatkan perasaan menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain.
Penerimaan
diri merupakan sikap yang positif, yang ketika individu menerima diri sebagai
seorang manusia. Ia dapat menerima keadaan emosionalanya (depresi, marah,
takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu orang lain.
Menurut
Ryff (dalam Kail dan Cavanaugh, 2000) penerimaan diri sebagai individu yang
memiliki pandangan positif tentang dirinya, mengakui dan menerima segi yang
berbeda dari dirinya sendiri.
Penerimaan
diri adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki sikap positif terhadap
dirinya sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri termasuk kualitas
baik dan buruk, dan merasa positif dengan kehidupan yang telah dijalani. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif terhadap dirinya
sendiri, dapat menerima keadaan dirinya secara tenang dengan segala kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki, serta memiliki kesadaran dan penerimaan penuh terhadap siapa dan apa diri mereka,
dapat menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain, serta menerima keadaan
emosionalnya (depresi, marah, takut, cemas, dan lain-lain) tanpa mengganggu
orang lain.
Masa
remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa. Periode ini dianggap
sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam
pembentukan kepribadian seseorang (Riyanti , Prabowo & Puspitawati, 1996).
Santrock (2002) mengatakan bahwa remaja memiliki perasaan bahwa mereka unik dan kebal yang membuat
mereka berfikir bahwa penyakit dan gangguan tidak akan memasuki kehidupan
mereka. Maka bukanlah suatu yang mengejutkan, ketika remaja diagnosa terkena
penyakit terminal seperti kanker, mereka akan merasa terkejut, terhina dan merasa
tidak adil (Taylor, 1999). Setelah didiagnosa adanya leukemia remaja sering
berada dalam tahap krisis yang ditandai dengan ketidakseimbangan fisik, sosial
dan psikis. Penyakit seperti leukemia dapat mengakibatkan perubahan drastis
dalam konsep diri dan harga diri penderita. Perubahan ini dapat terjadi secara
sementara namun dapat juga menetap. Dengan adanya diagnosa leukemia pada diri
remaja dan menjalankan treatment-treatment dengan efek samping yang dihasilkan
dari treatment tersebut, hospitalisasi dan dampak yang diberikan pada kehidupan
remaja, hal-hal seperti ini kemungkinan dapat mempengaruhi penerimaan dirinya.
- Aspek-Aspek
Penerimaan Diri
Aspek-aspek yang
terkandung dalam penerimaan diri, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
diri
Proses
penerimaan diri dapat ditempuh melalui pengetahuan terhadap diri sendiri
terutama keterbatasan diri sehingga individu tidak berbuat di luar
kesanggupannya dan tidak perlu berpura¬pura sanggup melakukan sesuatu.
Pengetahuan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri baik secara internal
maupun eksternal. Mengenal secara internal dapat dilakukan dengan cara menilai
diri sendiri dalam hal kelebihan, kelemahan, sifat-sifat, dan lain-lain. Secara
eksternal pengenalan diri dilakukan dengan cara menilai diri menurut pandangan
orang lain.
b.
Penerimaan
diri pantulan (reflected self-acceptance)
Yaitu
membuat kesimpulan tentang diri kita berdasarkan penangkapan kita tentang
bagaimana orang lain memandang diri kita. Hal tersebut bisa dilakukan dengan
cara meminta pendapat orang lain tentang diri sendiri.
c.
Penerimaan
diri dasar (basic self-acceptance)
Yaitu
keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsik dan tanpa syarat. Penerimaan
diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan personal individu. Individu mampu
menghargai dan menerima diri apa adanya serta tidak menetapkan standar atau
syarat yang tinggi di luar kesanggupannya dirinya.
d.
Pembandingan
antara yang real dan ideal (Real-Ideal Comparison)
Yaitu
penilaian tentang diri yang sebenarnya dibandingkan dengan diri yang diimpikan
atau inginkan. Kesenjangan antara diri ideal dan riil hanya akan menyebabkan
individu merasa tidak puas diri dan mudah frustasi.
e.
Pengungkapan
diri
Pengungkapan
diri mengandung arti bahwa penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah
keberanian untuk mengungkapan diri (pikiran, perasaan, atau lainnya) kepada
orang lain. Pengungkapan diri dapat memberi informasi kepada individu tentang
siapa dirinya, sebab dari interaksi tersebut individu akan mendapat feed back
yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran
atau perasaan hendaknya dilakukan secara asertif sebab tindakan tersebut lebih
mendukung pada perkembangan kepribadian yang sehat daripada cara agresif maupun
pasif. Menurut Allport (Sobur, 2003) elemen
penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengontrol emosi. Upaya
mengontrol emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif, sebab di dalam
asertif terdapat pengontrolan emosi sehingga pengungkapan diri antar individu
yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang
dan tidak ada individu yang tersakiti atau menyakiti.
f.
Penyesuaian
diri
Dalam
penerimaan diri terdapat penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu
menyesuaikan diri menjadi tidak mampu untuk menerima dirinya sendiri. Misalnya,
ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya, maka individu harus menyesuaikan
diri dengan cacat tersebut, agar cacatnya dapat diterima menjadi bagian dari dirinya. Sebaliknya, bila tidak
mampu menyesuaikan diri maka individu cenderung mengembangkan reaksi negatif
bagi dirinya seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengacuhkan
dirinya, dan lain-lain. Reaksi tersebut menunjukkan bahwa individu berupaya
melakukan penolakan terhadap cacat tubuhnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka
individu tidak akan mampu menerima dirinya.
g.
Memanfaatkan
potensi secara efektif
Individu
yang dapat memanfaatkan potensi dirinya secara efektif dapat membantu
terciptanya penerimaan diri. Penerimaan diri berarti mampu menerima diri apa
adanya dan memanfaatkan apa yang dimilikinya secara efektif. Pendapat Mappiare
mengandung dua hal yaitu pertama, proses penerimaan diri terdapat kemampuan
untuk mengenali potensi diri. Kedua ada upaya yang positif untuk memanfaatkan
apa yang dimilikinya, hal itu berarti ada rencana untuk mencapai masa depan yang
baik.
Kesimpulannya,
aspek-aspek dalam penerimaan diri meliputi pengetahuan diri, penerimaan diri pantulan, penerimaan diri
dasar, pembandingan antara diri yang riil dengan ideal, pengungkapan diri,
penyesuaian diri, memanfaatkan potensi secara efektif.
1)
Ciri-ciri
Penerimaan diri
Beberapa
ciri penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri
dengan orang yang menolak keadaan diri (denial). Berikut ini adalah ciri dari
orang yang menerima keadaan diri :
a. Orang
yang menerima dirinya memiliki harapan yang realistis terhadap keadaannnya dan
menghargai dirinya sendiri.
b. Yakin
akan standar-standar dan pengakuan terhadap dirinya tanpa terpaku pada pendapat orang lain.
c. Memiliki
perhitungan akan keterbatasan dirinya dan tidak melihat pada dirinya sendiri
secara irasional.
d. Menyadari
asset diri yang dimilikinya, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan
keinginannya.
e. Menyadari
kekurangannya tanpa menyalahkan diri sendiri.
2)
Faktor-faktor
yang berperan dalam Penerimaan diri
Faktor-faktor
yang berperan dalam penerimaan diri yang positif sebagai :
a.
Adanya
pemahaman tentang diri sendiri
Hal
ini dapat timbul dari kesempatan seseorang untuk mengenali kemampuan dan
ketidakmampuannya. Pemahaman diri dan penerimaan diri berjalan dengan berdampingan, maksudnya
semakin orang dapat memahami dirinya, maka semakin dapat menerima dirinya.
b. Adanya
harapan yang realistik
Hal
ini bisa timbul bila individu menentukan sendiri harapannya dan disesuaikan
dengan pemahaman mengenai kemampuannya, dan bukan diarahkan oleh orang lain
dalam mencapai tujuannya.
c. Tidak
adanya hambatan didalam lingkungan
Walaupun
seseorang sudah memiliki harapan yang realistik, tetapi bila lingkungan
disekitarnya tidak memberikan kesempatan atau bahkan menghalangi maka harapan
orang tersebut tentu akan sulit tercapai.
d. Sikap-sikap
anggota masyarakat yang menyenangkan
Tidak
adanya prasangka, adanya penghargaan terhada kemampuan sosial orang lain dan
kesediaan individu untuk mengikuti kebiasaan lingkungan
e. Tidak
adanya gangguan emosional yang berat
Yang
membuat individu dapat bekerja sebaik mungkin dan merasa bahagia
f. Pengaruh
keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
Keberhasilan
yang dialami dapat menimbulkan penerimaan diri dan sebaliknya kegagalan yang
dialami dapat mengakibatkan adanya penolakan diri.
g. Identifikasi
dengan orang yang memiliki penyesuaian diri yang baik
Mengindentifikasi
diri dengan orang yang Well adjusted dapat membangun sikap-sikap yang positif
terhadap diri sendiri, dan bertingkah laku dengan baik yang bisa menimbulkan
penilaian diri yang baik dan penerimaan diri yang baik.
h. Adanya
prespektif diri yang luas
Yaitu
mempertahatikan juga pandangan orang lain tentang diri. Prespektif diri yang
luas ini diperoleh melalui pengalaman dan belajar. Dalam hal ini usia dan
tingkat pendidikan memegang peranan penting bagi seseorang untuk mengembangkan
prespektif dirinya.
i. Pola
asuh dimasa kecil yang baik
Anak
yang diasuh secara demokratis akan cenderung berkembang sebagai orang yang
dapat menghargai dirinya sendiri
j. Konsep
diri yang stabil
Individu
yang tidak memiliki konsep diri stabil misalnya, maka kadang individu menyukai
dirinya, dan kadang ia tidak menyukai dirinya, akan sulit menunjukan pada orang
lain siapa dirinya yang sebenarnya, sebab individu.
- Contoh penerimaan
diri
Kondisi
fisik dan psikis dari penderita epilepsi membawa dampak negatif bagi perkembangan psikologisnya. Ada beberapa
bentuk gangguan yang muncul dalam kondisi tersebut antara lain: rasa malu,
rendah diri, hilangnya harga diri dan kepercayaan diri. Bentuk gangguan
tersebut dapat menyebabkan penderita mengalami depresi yang berkepanjangan
apabila tidak segera diatasi. Depresi yang dialami oleh penderita dapat
mempengaruhi kemampuan untuk menerima diri sendiri. Penderita yang tidak dapat
menerima diri sendiri akan merasa dirinya tidak berarti, tidak berguna,
sehingga akan semakin merasa terasing dan terkucil dari lingkungannya.
Ada
serangkaian reaksi yang muncul setelah seorang pasien mendengar bahwa pasien tersebut terdiagnosis penyakit kronis
seperti epilepsi. Pertama, seseorang akan mengalami shock. Keterkejutan akan
berbeda kadarnya dan tergantung pada
pemahaman pasien mengenai sakitnya. Perasaan terkejut ini merupakan
reaksi darurat yang ditandai dengan tiga karakteristik, yaitu; (1). Merasa
tertegun, lemas, dan bingung, (2). Berperilaku biasa tapi melamun, (3). Merasa
tidak terlibat dalam situasi. Setelah mengalami keterkejutan yang merupakan
reaksi darurat din atas, penderita akan
berlanjut pada tahap ke dua, yaitu encounter pada saat penderita mulai memahami
penyakitnya dan bahwa ia harus hidup dengan membawa penyakit kronis tersebut. Pada masa ini,
penderita sering kali kurang mampu merencanakan tindakan untuk mengatasi
keadaan secara efektif. Banyak pasien yang menggunakan strategi penghindaran
(avoidance) karena stres tinggi yang dirasakan penderita tersebut. Tahap ini
akan berlanjut pada tahapan yang ketiga, yaitu retreat pada saat pasien mulai
menyadari realitas dan berusaha untuk menjalani hidupnya sebaik mungkin,
sekalipun dengan penyakit yang dideritanya.
2.2. Proses Pembentukan Konsep Diri
Ketika
lahir seseorang belum memiliki konsep diri, namun konsep diri mulai berkembang
sejak lahir dengan melalui proses penginderaan (sensation) dan perasaan
(feelings) yang datang dari dalam diri atau dari lingkungan. Pengalaman
dini terhadap rasa senang, sakit, disenangi, atau ditolak membentuk konsep
dasar bagi perkembangan konsep diri dimasa yang akan datang.
- Pengetahuan,
harapan, dan penilaian yang membentuk konsep diri terutama hasil interaksi
dengan orang lain. Orang tua merupakan figur yang paling berperan dalam
pembentukan konsep diri seseorang. Adapun teman sebaya merupakan
figur kedua setelah orangtua yang mempengaruhi terhadap konsep diri dan
masyarakat yang juga berperan dalam pembentukan konsep diri.
- Faktor yang penting dalam pembentukan konsep diri
adalah melalui belajar. Karena konsep diri merupakan produk belajar,
permasalahan yang timbul selama proses belajar dapat mengganggu
perkembangan konsep diri. Permasalahan umum yang muncul yaitu,
mendapat umpan balik yang tidak tepat dan umpan balik yang tidak
konsisten.
Konsep diri mencakup 3 aspek, yaitu :
(1) pengetahuan,
(2) harapan diri,
(3) penilaian diri.
Pengetahuan :
Adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita, mencakup :
- Identitas
formal
- Kualitas
pribadi
- Merupakan
perbandingan antara kita dengan orang lain
- Ekspresi
verbalnya ‘saya adalah …………….. ‘
Harapan :
- Merupakan
idealisme mengenai diri seseorang
- Karakteristik
pribadi
- Merupakan
tujuan dari proses pembentukan jati diri seseorang
- Ekspresi
verbalnya ‘saya seharusnya dapat menjadi …………..’.
Penilaian
diri :
Merupakan proses perbandingan atau pengukuran antara ‘saya saat ini’
dengan harapan tentang ‘diri saya yang akan datang ‘. Hasil
perbandingan ini menjadi gambaran atas penghargaan diri sendiri :
·
Semakin besar perbedaan antara ‘saya saat ini’ dengan
‘saya seharusnya menjadi apa’, berarti semakin rendah penghargaan
terhadap dirinya.
·
Semakin seseorang merasa dapat mencapai standar atau
harapan-harapannya, ia akan merasa nyaman dan menyukai dirinya, maka semakin
tinggi penghargaan terhadap diri sendiri.
2.3.
Pola Konsep Diri Negatif dan Positif
Pandangan seseorang terhadap dirinya
sendiri bisa berada diantara 2 titik, yaitu ; konsep diri negatif sampai
konsep diri positif. Dengan mengetahui posisinya, seseorang dapat menilai
konsep dirinya mengarah kemana.
Konsep
diri ( - ) ------------------------------> Konsep diri ( + )
·
Konsep
Diri Negatif
Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif, apabila :
1.
Tidak memiliki pengetahuan yang
menyeluruh tentang dirinya, ia kurang memahami siapa dirinya, apa kelebihan dan
kelemahan yang dimilikinya.
2.
Memiliki pandangan tentang dirinya
yang terlalu kaku (tidak dapat berubah) atau terlalu tinggi/berlebihan.
3.
Menolak informasi yang baru
(terutama yang negatif) tentang dirinya, sehingga orang tersebut sulit untuk
mengubah konsep diri yang sudah dianggap ‘betul’.
4.
Lebih banyak melihat aspek-aspek
kekurangan/kelemahannya dalam dirinya daripada aspek-aspek kelebihan/kekuatan
yang ia miliki.
5.
Negatif terhadap kritik. Kurang
mampu menerima kritik sebagai proses refleksi diri dan suka melakukan kritik
secara berlebihan terhadap orang lain.
6.
Bersikap responsive terhadap pujian.
Bersikap berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa
segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.
7.
Cenderung merasa tidak tidak disukai
orang lain (perasaan subyektif bahwa setiap orang sekitarnya memandang dirinya
negative
8.
Mengalami hambatan dalam intraksi
dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan
orang lain.
Dasar-dasar konsep diri yang salah
terbentuk dari dua hal :
-
Antroposentris, yaitu
manusia sebagai pusat dari segala sesuatu bahkan melebihi Allah, di mana
manusia memposisikan diri sebagai Allah atau mengilahkan dirinya.
-
Egosentris, yaitu
cinta diri sendiri, keinginan mementingkan dan memuaskan diri sendiri,
memanfaatkan orang lain bahkan nama Allah untuk keuntungan dan kepentingan diri
sendiri.
Konsep diri negatif dapat
menimbulkan penilaian diri yang negatif pula, dimana seseorang merasa sebagai
pribadi yang ‘baik’. Dengan demikian
ciri konsep diri negatif adalah : kurang
pengetahuan tentang diri sendiri, harapan-harapan yang tidak realistik dan
terlalu tinggi, dan rendahnya penghargaan terhadap diri sendiri.
·
Konsep Diri Poistif
Seseorang dapat dikatakan mempunyai konsep diri positif
apabila :
1.
Memiliki pengetahuan menyeluruh
mengenai dirinya, mencakup kelebihan dan kelemahan dirinya
2.
Menerima diri apa adanya, apabila ia
mempunyai kelebihan ia tidak sombong dan apabila ia mempunyai kelemahan tidak
kecewa
3.
Memiliki kesadaran yang besar untuk
mengubah atau mengurangi aspek dari dirinya yang dianggap merugikan.
4.
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi
masalah. Orang yang mempunya percaya diri, sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi (tidak lari dari masalah) dan percaya
setiap masalah ada jalan keluar.
5.
Merasa setara dengan orang lain.
Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan
kekayaan, sehingga ia selalu rendah hati, tidak sombong, tidak mencela atau
tidak meremehkan siapapun, namun selalu menghargai orang lain.
6.
Menerima pujian tanpa rasa malu.
Menerima pujian tanpa kehilangan citra diri yang bersahaja, jadi meskipun ia
menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain.
7.
Menyadari bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat.
8.
Mampu memperbaikki karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya. Ia mampu mengoreksi diri sendiri sebelum mengoreksi orang lain,
dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar berguna bagi lingkungannya.
Dasar konsep diri yang benar adalah :
-
Teosentris, yaitu
menempatkan Allah sebagai pusat dari segala sesuatu, tunduk pada otoritas
Allah, menjalankan firman-Nya, dan hidup mengandalkan Allah.
-
Penerimaan diri sebagai mahluk
ciptaan Allah yang mulia dan terhormat.
Ciri konsep diri positif adalah : memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang dirinya, mempunyai
harapan yang realistik dan self esteem yang tinggi atau penghargaan diri yang
sehat.
2.4 Perubahan
Konsep Diri dan Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-hari
·
Perubahan
konsep diri :
Seperti telah diuraikan di atas, konsep
diri merupakan informasi tentang diri seseorang, dan lebih bersifat
subyektif. Dalam konsep diri memuat perkiraan mengenai apa yang akan
terjadi dimasa mendatang, dan berusaha untuk bisa mewujudkannya.
Perkiraan tersebut sebenarnya bisa negatif atau kurang tepat, dan seseorang
dapat mengubahnya sehingga menghasilkan konsep diri yang baru dan menyenangkan.
Tahapan untuk mengubah konsep diri sebagai berikut :
1. Tetapkan perubahan yang akan dicapai
2. Dapatkan umpan
balik dari orang lain
3. Perbaiki cara
pandang terhadap diri sendiri
4. Perbaiki cara
berbicara terhadap diri sendiri
·
Penerapan konsep diri dalam kehidupan sehari-hari :
Dalam
bermasyarakat kita menghadapi berbagai sikap dan perilaku yang
berbeda-beda. Penerapan konsep diri
tergantung kepada dirinya sendiri, antara lain :
1) Dapat menyadari kelemahan dan
kekurangannya
2) Pandai mengendalikan diri
3) Tenggang rasa
4) Berusaha jujur terhadap diri sendiri
serta menyadari peranannya
Contoh
:
-
Mengambil keputusan tanpa mempelajari dan mempertimbangkan
kenyataan yang sesungguhnya akan berakibat keputusan yang diambil kurang
tepat. Dengan kata lain orang yang
mempunyai konsep diri positif akan
mengambil keputusan tanpa emosional.
-
Orang yang mempunyai sifat ‘mau menang sendiri’ (egois)
tidak mau merubah diri untuk tidak egois.
Orang tersebut tidak mampu merubah dirinya atau merubah konsep dirinya
yang negatif.
Jadi konsep diri terbentuk melalui proses dimana seseorang
telah dapat menemukan jati diri, mengetahui kekuatan dan kelemahan
dirinya. Kemudian mampu menerima dirinya
sebagai suatu kenyataan. Dengan
kesadaran dan penerimaan ini seseorang mampu memperbaiki kekurangan sehingga
mempunyai konsep diri yang positif.
Untuk mendukung konsep diri tersebut, seseorang perlu memiliki sikap
percaya diri. Sikap percaya diri merupakan sikap seseorang yang memiliki
keyakinan teguh akan tindakannya, mampu menyatakan perasaan dan pendapatnya
tanpa menyakiti perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain.
Seseorang yang bersikap percaya diri mengakui dua hal, yaitu
; (1) dirinya mempunyai hak dan perasaan, (2) orang lain juga mempunyai hak dan
perasaan. Menyadari kedua hal tersebut, seseorang tidak boleh menyakiti
perasaan orang lain atau melanggar hak orang lain.
Sifat percaya diri mudah dikatakan namun sulit dilaksanakan
karena umumnya individu kurang yakin pada dirinya masing-masing. Sikap tersebut sudah berakar sehingga
membutuhkan waktu dan tekad untuk merubahnya.
Kita harus berani menyatakan perasaan dan pendapat sepanjang tidak
menyakiti orang lain. Pendapat mungkin
salah, namun lebih baik dikemukakan untuk kemudian dibicarakan dan diperbaiki.
Seseorang yang memiliki percaya diri : lebih baik bertindak meskipun
kemungkinan salah yang kemudian diselesaikan, daripada diam menerimanya dengan bersungut-sungut di belakang (ngomel).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
§ Konsep diri seseorang adalah jawaban
terhadap “siapa saja” bagaimana
seseorang melihat dirinya. Dengan
demikian konsep diri merupakan titik pusat kesadaran perilaku seseorang.
§ Konsep diri merupakan dasar dari
seseorang untuk menilai pengalaman diri sendiri serta dasar untuk memperbaiki
kekurangan dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
§ Konsep diri adalah seluruh persepsi
tentang “aku” yang berhubungan dengan perasaaan, keyakinan, nilai-nilai,
kekurangan, kelebihan serta kemampuannya.
§ Konsep diri adalah sesuatu yang dinamis
(terus berkembang) dan merupakan kumpulan dari berbagai sikap seseorang yang
positif. Seseorang yang memiliki konsep diri mempunyai identitas diri yang
jelas. Dengan melatih diri, seseorang akan mencapai tingkat kemantapan dalam
menentukan peran, dan dapat mengambil keputusan yang selaras, serasi dan
seimbang dengan keadaan, serta dapat mengembangkan konsep diri.
3.2 Saran
Dengan di susunnya makalah ini
mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang
telah tertulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca
mengenai mengenal, menerima dam menghargai diri sendiri dan orang lain. Di
samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga
kami bisa menjadi lebih baik pada makalah asuhan keperawatan kami dikemudian
hari.
DAFTAR PUSTAKA
Conny Semiawan. 1987. Konsep Diri
Wanita sebagai Pimpinan dalam peranan Manajemen, Jakarta.
John Robert Powers. 1977. Pelatihan
Program Pengembangan Pribadi, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Kantor Menteri Negara UPW. 1993. Modul Latihan Manajemen dan
Kepemimpinan Wanita-Unit I,
Jakarta.
Hall,
Calvin S. & Lindzey, Gardner. 2001. Teori-Teori
Holistic. Yogyakarta: Kanisus Media
Nurmuharimah,
Saniyanti. 2007. Get Smart PKN.
Bandung: Grafindo Media Pratama
Sumartono.
2004. Komunikasi Kasih Sayang.
Jakarta: Gramedia
Azizah,
Ima. 2012. Mengenal Diri Sendiri.
http://iimazizah.wordpress.com/2012/10/22/mengenal-diri-
sendiri/(pada tanggal 10 Oktober 2014)
Abdurrohman,
Yusuf. 2013. Penerimaan diri Apa
Adanya Adalah Modal. Diambil dari
(Pada tanggal 10 Oktober 2014)
Komentar
Posting Komentar